Usaha pengemukan sebagai salah satu alternatif usaha sapi potong yang cukup menjanjikan karena mempunyai siklus produksi yang relatif pendek yaitu 3 – 6 bulan, sehingga pengembalian modal usaha dapat lebih cepat.
Sapi-sapi lokal umumnya dipelihara oleh peternak rakyat dengan bobot potong 300-350 kg, sementara sapi impor umumnya dipelihara oleh perusahaan penggemukan sapi hingga mencapai bobot potong 450-550 kg dengan umur 2-3 tahun.
Terdapat banyak bangsa sapi baik dari daerah tropis maupun daerah subtropis dan sapi hasil persilangan dari beberapa bangsa sapi. Setiap bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing sehingga tidak semua bangsa sapi cocok untuk dikembangkan disetiap daerah. Jenis-jenis sapi potong yang digunakan untuk usaha pengemukan berasal dari kelompok sapi tropis dan subtropis. Berikut ini penjelasan ciri-ciri bangsa sapi yang termasuk dalam kelompok sapi tropis dan subtropis.
Bangsa Sapi Tropis
Kelompok sapi tropis secara umum memiliki ciri-ciri mencolok yang sangat mudah dibedakan dengan kelompok sapi yang lain. Bila dilihat secara seksama, bangsa-bangsa sapi tropis memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
- Umumnya memiliki punuk.
- Bagian ujung telinga meruncing.
- Kepalanya panjang dengan dahi sempit.
- Kulitnya longgar dan tipis, kurang lebih 5-6 mm, kelenjar keringatnya besar.
- Timbunan lemak, baik yang ada di bawah maupun di dalam kulit, otot-ototnya rendah.
- Garis punggung pada bagian tengah berbentuk cekung dan bagian pada bagian tunggingnya miring.
- Bahunya pendek, halus dan rata.
- Kakinya panjang sehingga gerakannya lincah.
- Lambat dewasa karena pertumbuhannya lambat sehingga pada umur 5 tahun baru bisa dicapai berat maksimal.
- Bentuk tubuh sempit dan kecil serta berat timbangan sekitar 250-650 kg.
- Ambingnya kecil sehingga produksi susunya rendah.
- Sapi tahan terhadap suhu tinggi dan kehausan. Kadar air yang terkandung di dalam kotoran rendah. Hal ini sangat berbeda dengan kotoran kerbau yang kadar airnya lebih tinggi sehingga kotoran kerbau tersebut kondisinya lembek.
- Toleran terhadap berbagai jenis pakan yang kandungan serat kasarnya tinggi atau pakan yang sederhana.
- Umumnya tahan caplak dan gigitan nyamuk.
Beberapa bangsa sapi tropis yang sudah cukup populer banyak terdapat di Indonesia sampai saat ini adalah sapi Bali, Madura, Ongole dan Brahman Cross.
Bangsa sapi subtropis
Bangsa sapi subtropis memiliki ciri-ciri yang sangat berbeda dengan sapi tropis, dengan karakteristik bangsa sebagai berikut.
- Sapi tidak berpunuk.
- Ujung telinga berbentuk tumpul atau bulat.
- Kepala pendek, dahi lebar.
- Kulit tebal yang rata-ratanya 7-8 mm.
- Timbunan lemak pada sapi cukup tebal.
- Garis punggung lurus dan rata.
- Tulang pinggang lebar dan menonjol keluar.
- Rongga dada berkembang baik.
- Bulu panjang, kasar.
- Kaki pendek sehingga geraknya lamban.
- Sapi cepat dewasa, umur 4 tahun bisa mencapai pertumbuhan maksimal.
- Tidak tahan terhadap suhu tinggi, relatif banyak minum dan kotorannya basah.
- Sapi dewasa tumbuh besar, berat badan jantan mencapai 900 kg.
Beberapa contoh sapi subtropis yang juga diternakkan di Indonesia misalnya Shorthorn, Hereford, Charolais dan Aberdeen angus.
Perkembangan dunia ilmu pengetahuan, khususnya ilmu peternakan yang semakin maju ini, bangsa-bangsa sapi yang secara genetis memiliki ciri-ciri yang berbeda satu dengan yang lainnya dan keunggulan dan kekurangan masing-masing kini telah dikawinsilangkan, sehingga diperoleh keturunan bangsa sapi baru yang unggul, baik produktivitas dagingnya maupun sifat-sifat adaptasinya terutama terhadap lingkungan yang kurang baik. Sifat-sifat ini lebih bisa membawa kemudahan dalam rangka pemeliharaan di daerah yang baru.
Adapun bangsa-bangsa sapi baru hasil keturunan kedua golongan tersebut ialah Brahman Cross, Santa Gertrudis, Beefmaster, Brangus dan Charbray.